Pembuatan dan Risiko Jembatan SURAMADU

Memasuki pembangunan tahap akhir, pemerintah mulai melakukan beberapa kajian-kajian terkait manfaat keberadaan Jembatan Nasional Suramadu. Salah satu kajian tersebut kini dilakukan oleh Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Departemen Keuangan dengan melakukan pengaruh kajian pelaksanaan proyek infrastruktur terhadap perkembangan variabel makroekonomi.

Kepala Bidang Peraturan Pengelolaan Risiko Fiskal, Pandu Patriadi saat meninjau lokasi pembangunan Jembatan Nasional Suramadu di sisi Surabaya, mengatakan, beberapa tujuan studi kajian tersebut, antara lain untuk mengidentifikasi keterkaitan antara pembangunan infrastruktur dengan perekonomian, menganalisis dampak pembangunan proyek infrastruktur kinerja perekonomian Indonesia, mengidentifikasi sektor-sektor yang akan dikembangakan dalam rangka percepatan pelaksanaan proyek untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan merumuskan rekomendasi pembangunan infrastruktur atas sektor-sektor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dikatakannya, pelaksanaan kegiatan ini dilakukan sebagai jawaban apakah alokasi pelaksanaan proyek infrastruktur pemerintah baik secara sektoral maupun regional mampu memberikan stimulus pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, pemerataan pembangunan, terciptanya lapangan kerja dan lainnya.
Kepekaan variabel-variabel ekonomi makro akibat pelaksanaan pembangunan proyek infrastruktur sangat diperlukan dalam merumuskan kebijakan pemerintah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperkecil kesenjangan antarwilayah secara akurat.

Dalam pelaksanaannya, tim ini juga akan menyelenggarakan survei ke beberapa daerah yang mendapat manfaat terhadap keberadaan infrastruktur tersebut. Dalam survei tersebut nantinya akan didapatkan beberapa data penunjang.
Beberapa instansi yang nantinya sebagai penerima manfaat dari kegiatan ini, antara lain Departemen Keuangan, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Perhubungan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, PT PLN, Instansi perencana dan pemerintah daerah setempat. “Kajian ini akan dilakukan hingga Juli,” katanya.

Read More..

Manajemen Kontruksi VS Sepak Bola

Dalam sebuah tim sepak bola, para pemain memiliki tugas sesuai dengan posisinya. Begitu juga dengan yang ada di dalam suatu tim proyek. Di bagian paling belakang ada seorang kiper yang bertugas menjaga gawang dari ancaman kebobolan. Mirip dengan itu, tim proyek memiliki ‘kiper’ yang bertugas menjaga proyek dari ‘kebobolan’ uang. Kiper itu tentunya adalah bagian keuangan proyek. Di depan kiper ada pemain bertahan yang terdiri dari Central, Left dan Right Defender. Mereka adalah garda belakang yang menjadi tembok dari keganasan para pemain lawan. Dalam tim proyek, tugas ini ada pada bagian Engineering, Document Control, Administrasi dan Procurement. Mereka tak langsung terlibat dalam konstruksi tapi jelas sangat menentukan dalam stage awal sebuah proses konstruksi. Sedikit saja kesalahan mereka bisa berakibat fatal pada cost yang membengkak. Sedikit di depan pemain bertahan, terkadang dipasang 1 atau 2 orang Defensive Midfielder yang bertugas membantu memperkuat barisan tengah, sekaligus menjamin lancarnya suplai bola. Posisi ini agak sama dengan seorang Project Control yang menyediakan berbagai tools untuk membantu Project Manager merasakan aliran perjalanan proyek. Idealnya, dari mereka lah akan terdeteksi berbagai potensi dan gejala awal tidak lancarnya proyek. Seringkali, hasil kerja mereka bisa memecahkan kebuntuan dalam suatu upaya mengoyak kuatnya pertahanan lawan. Di bagian tengah, diisi oleh para Midfielder dan Winger yang seringkali menjadi roh dalam suatu tim sepakbola. Sebagai pengatur aliran bola dan titik sentral permainan, peran mereka langsung berkaitan erat dengan proses proyek dari awal hingga akhir. Dalam tim proyek, tentunya para playmaker dan kawan-kawannya ini diwakili oleh Project Manager, Site Manager, dalam beberapa kasus, Project Engineer. Kehadiran mereka sangat krusial dalam menjaga suatu proyek dari ketika masih dalam perencanaan hingga terwujud dalam hasil akhir yang diharapkan. Posisi terdepan tentunya diisi oleh striker yang secara langsung bertanggung dalam upaya mencetak gol. Misi yang hampir sama diemban oleh para eksekutor lapangan semacam Supervisor, Site Engineer, Safety Engineer dan QA/QC Engineer. Merekalah yang paling diharapkan untuk mengimplementasikan segala tujuan proyek dan men-deliver hasil akhir yang direncanakan. Jika semua komponen itu terjalin dalam suatu team work yang kuat, maka tim proyek itu akan selalu menjadi ‘ancaman bagi tim lawan’. Hanya saja, berbeda dengan permainan sepakbola, tiap ‘gol’ yang dihasilkan oleh tim proyek hampir akan selalu disambut gembira oleh semua orang, termasuk tim lawan sekalipun. ‘Gol, tersebut bisa berupa penyelesaian tepat waktu, laba proyek dan hasil akhir yang bermutu.

Memang dalam kenyataannya, jalannya proyek tak sesederhana itu. Ada begitu banyak masalah yang selalu menghadang. Dinamisasi itulah yang membuat manajemen proyek menjadi suatu proses yang unik. Hampir tak ada proyek yang benar-benar sama dari awal hingga akhirnya. Karena konteksnya bermacam-macam itulah, manajemen proyek seringkali bagai sebuah Total Football. Konfigurasi ‘para pemainnya’ harus selalu berubah menyesuaikan keadaan. Kadangkala, seorang Project Manager sampai harus turun tangan dalam eksekusi proyek ataupun menjadi otak dalam proses engineering. Sebaliknya, engineering terkadang diharapkan menusuk dari sisi kanan-kiri lapangan dan maju membantu serangan. Dalam contoh proyek yang saya pegang, bentuk dan konfigurasi tim benar-benar sangat cair. Seorang Engineer terkadang harus langsung berjibaku untuk menciptakan gol jika ternyata itu dirasa bisa mencegah gawang tim kebobolan.

Tentunya, konfigurasi proyek hampir selalu ditentukan oleh karakter sang playmaker yakni Project Manager. Ada PM yang berlaku seperti tuan tanah dalam dunia feudal. Segala kemauannya tak boleh dibantah dan semua anggota tim harus menyesuaikan ritme permainannya. Sebaliknya, ada juga PM yang begitu percayanya pada anggota timnya hingga dia tinggal bersantai menunggu laporan. PM yang lain mungkin terjebak dalam penyerangan atau pertahanan hingga melupakan salah satu sisi. Akibatnya tim menjadi berat sebelah dan resiko kebobolan jadi membesar. PM yang muda biasanya terjebak dalam kubangan detail hingga akhirnya kehabisan tenaga dan tak melihat gambaran besar proyek. Sementara PM yang sudah sepuh sudah malas mengurusi detail dan menyerahkan sepenuhnya pada sang anak buah.

Dengan posisinya yang begitu sentral, peran aktif seorang PM memang mutlak diperlukan . Tapi itu bukan berarti seorang PM harus keliling lapangan dan mengambil alih peran pertahanan dan penyerangan sekaligus. Idealnya, seorang PM harus menjadi seorang inspirator dan motor permainan yang menggerakkan seluruh anggota tim untuk bergerak, bekerja bersama dan saling mengisi. Untuk itulah diperlukan leadership dan human relationship yang benar-benar baik. Sebagai main tools, seorang PM juga mutlak harus punya controlling skill yang bagus dengan ditunjang oleh pengetahuan basic mengenai keuangan. Seringkali, seorang PM harus juga menguasai aspek perancangan sekaligus metode pelaksanaan di lapangan, lengkap dengan segala pernak-pernik permasalahan di lapangan. Inilah yang membuat jabatan PM baru bisa disandang oleh orang yang benar-benar experience. Jika tidak, akan segera terasa permainan tim mulai timpang dan ‘nggak nyambung’. Anak buahnya pun akan mulai sedikit demi sedikit kehilangan kepercayaan jika sang PM tak mampu membuat keputusan atau memberikan pertimbangan pada mereka. Sebagai penunjang, seorang PM selayaknya punya kemampuan negoisasi yang handal, karena kemampuan inilah yang seringkali menjadi strategi jitu dalam upaya mencetak gol. Sebagai dasarnya, tentu saja PM mesti dibekali dengan pemahaman contracting yang baik. Salah atau kurang hati-hati membaca kontrak akan membawa tim terjerembab dalam berbagai permasalahan. Alat penunjang lainnya mungkin adalam awareness dalam masalah safety yang belakangan menjadi isu yang sangat signifikan.

Read More..

My Profil

Nama Alfian Puji Nugroho
TTL 11 Oktober 1989
Pekerjaan Mahasiswa di Universitas swasta daerah bekasi
Tingkat 2008
Jurusan Sistem Komputer
Alamat Jl.Uj.Harapan Flamb.V Rt 006/018 no 37 Bekasi
Utara


Motto Hidup :
"Jadikan Hari Ini Sebuah Guru Buat Hari Esok"
"Pantang Menyerah"

Read More..

Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan risk manajemen melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).

Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi menjadi 4 bagian:

* Risiko Operasional
* Risiko Hazard
* Risiko Finansial
* Risiko Strategik

Read More..

Manajemen Proyek

Manajemen Proyek

Manajemen sebuah proyek harus di pandang sebagai sebuah pekerjaan sekali waktu. Sedangkan kata proyek bermakna sebuah pekerjaan besar yang sangat besar kemungkinnannya tidak terulang pada waktu jangka tertentu di masa depan, sedangkan Manajemen proyek adalah cara mengorganisir dan mengelola sumber penghasilan yang penting untuk menyelesaikan proyek.

Contoh-contoh manajemen proyek diantaranya membangun sebuah stadion sepak bola, mengelola penelitian berskala besar, atau berjuang mendapatkan ijazah strata satu di perguruan tinggi. Aktifitas-aktifitas sebuah proyek memiliki hubungan berantai dan berurut satu sama lain. Artinya aktifitas tertentu tidak bisa dimulai sampai yang lainyan selesai.

Read More..